Lakon
JAM DINDING YANG BERDETAK
(Catatan
kecil sebuah keluarga dalam dua adegan)
Karya
Nano Riantiarno
PARA
PELAKU
THOMAS PATTIWAEL Papa
umur kira-kira 45 tahun
MARIE PATTIWAEL Mama
umur kira-kira 43 tahun
BENNY Anak
Lelakinya
MAGDA Anak
perempuannya
OMA Seorang
nenek tetangga mereka
POLISI
SELURUH KEJADIAN INI TERJADI DI SALAH SATU RUMAH YANG TERLETAK DI
KOMPLEK ORANGORANG MISKIN DAN ORANG –ORANG PENSIUNAN. RUMAH DIBAGI JADI TIGA
BAGIAN TAPI BERSAMBUNGAN SATU SAMA LAIN / SIMULTAN SET.
PERTAMA-TAMA
KITA MELIHAT HALAMAN DEPAN,
ADA POHON PISANG BEBERAPA BATANG. SATU POHON JAMBU DAN SATU POHON KERSEN,
DIMUKA RUMAH ADA LENTERA TERGANTUNG PERSIS DI ATAS KURSI GOYANG DEKAT JENDELA
KAYU.
KEDUA RUANG TENGAH
TERDAPAT SEBUAH SOFA REOT,
PERMADANI BUTUT, DUA BUAH KURSI ROTAN. SEBUAH LEMARI PECAH BELAH DI SUDUT RUANG
DEKAT PINTU. BERGORDYN KORDURAY HIJAU LUMUT, SEBUAH LOBANG PINTU TAK BERDAUN
PINTU DARI SEBUAH KAMAR TIDUR YANG PASTI SEMPIT , SEBUAH JAM DINDING TERPAKU DIANTARA
SOFA MEGAH DIANTARA POTRET –POTRET TUA, KELIHATAN JAM ITU SANGAT ANTIK. KEADAAN
KAMAR ITU BETUL-BETUL BERANTAKAN.
BAGIAN KETIGA
RAK PIRING BESI YANG CATNYA
SUDAH MULAI LUNTUR DAN KARATAN. EMBER BERBAUR DENGAN ALAT –ALAT LUKIS, CAT-CAT,
TUBE-TUBE KOSONG FIGURA-FIGURA KANVAS SETENGAH BERLUKIS DAN LUKISAN-LUKISAN
BERTUMPUK DI SATU SUDUT. KITA MELIHAT DAPUR SAMA BERANTAKANNYA DENGAN RUANG
TENGAH. PADA SAAT LAMPU FADE IN KITA MELIHAT SESEORANG BERKERUDUNG SELIMUT
TIDUR DI BAWAH SOFA. BERGELUNG DAN MENDENGKUR, DARI SEBELAH DAPUR KITA
MENDENGAR REBUT-RIBUT, HARI BARU PUKUL TUJUH PAGI. MATAHARI BELUM BEGITU PANAS
ADEGAN PERTAMA
MAMA
(Muncul dari dapur sambil
memukul-mukul baki).
Bangun … bangun matahari sudah tepat di atas kepala kita. He,
pemalas … ayo bangun tak
tahu malu. Laki-laki sebesar lembu sesiang ini masih tetap
berselimut. Benny,bangun. Benny
PAPA (Dari dalam kamar)
Marie ...
MAMA
Mau jadi apa kau kelak? Sudah tak punya kerja selain selain setiap
hari kerja tidur tiduran melulu
PAPA
(Dari dalam kamar)
Marie … tuli telinga kau Marie …
MAMA
ya, ya ada apa?
PAPA
(Dari dalam kamar)
Di mana kau taruh dasiku?
MAMA
Di atas lemari. Benny, bangun, mandi dulu biar segar. Hei pemalas
jika
tidur lagi, sambunglah nanti sehabis mandi
PAPA
(Dari dalam kamar)
Tak ada.
MAMA
Dekat kotak topi, di dalam tas plastik merah.
PAPA (Dari dalam kamar).
Brengsek, sejak kapan ia berada di situ.
MAMA
Brengsek, sejak kau taruh dasi di kamar mandi. Benny, bebalnya
anak ini.
Kusepak kau, kusepak kau nanti ...
BENNY (Menggeliat)
Masih pagi, Mama ...
MAMA
Pagi, pagi. Buka lebar–lebar matamu. Tak baik tidur lewat jam
tujuh pagi
menjauhkan rejeki. Ayo bangun, bangun!
BENNY
Selalu yang itu-itu juga . Aku tidur jam empat pagi, Mama ...
MAMA
Siapa yang menyuruhmu tidur tak teratur hah?
BENNY
Aku melukis Mama. Aku menyelesaikan lukisan.
MAMA
(Mulai menyetrika ).
Hah, melukis, melukis apa? Apa tak ada kerjaan lain selain itu?
Dan apa hasilnya? Apa? Cuma kecapean dan telat bangun. Dari dulu mama sudah
bilang takkan ada gunanya kau melukis. Cuma membuang–buang waktu saja. Apa kau
bisa makan karena itu ? Tidak. Melukis adalah pekerjaan pengangguran. Tapi
kakakmu mungkin punya pertimbangan lain sehingga ia mengizinkan kau masuk seni
rupa. Lalu apa hasilnya? Tak ada. Cuma omong kosong. Jerih payah kakakmu menyekolahkan
kau cuma sia-sia, tak ada artinya. Kau keluar–keluar entah kenapa ...
BENNY
Mama ...
MAMA
Bosan aku. Kau seakan akan menutup mata terhadap semua ini.
Kakakmu-Mamamu-Papamu bekerja membanting tulang sedang kau enak-enakan tidur,
melukis ...
PAPA (Dari dalam kamar)
Marieee ...
MAMA
Apa lagi?
PAPA (Dari dalam kamar)
Apa sudah kau semir sepatuku? Ada debu menempel di ujungnya. Di
mana kau taruh kaus sepatuku?
MAMA
Di dalam keranjang hitam, Tuan besar........
PAPA (Dari dalam kamar)
Yang satunya lagi yang ini sudah bau telur busuk. Sudah satu bulan
tidak kau cuci.
MAMA
Apa kau mau ke tempat orang kawin? Ke pesta? Pakai yang itu. Yang satunya
masih belum basah, belum kering betul …
PAPA (Dari dalam kamar)
Malas ... apa kerja kau selama ini?
MAMA
Apa katamu? Cucian dan setrikaan orang yang masih harus kubereskan
bertumpuk, berkumal di keranjang. Sementara itu hujan terus menerus turun selam
tujuh hari tujuh malam dan masih bilang aku pemalas?
MAGDA
(Masuk, kepalanya bergelung
handuk)
Sudahlah, mama. Sepagi ini sudah berteiak-teriak.
Tetangga-tetangga masih banyak yang tidur.
(Pada Benny)
Benny, sebelum diserobot orang lain, kamar mandi masih kosong.
Cepat ...
MAMA
Ia pikir aku enak-enak goyang kaki di rumah. Bagus betul.
MAGDA
Udahlah, Mama. ( Pada Benny) Benny ...
MAMA
Benny, cepat mandi sebelum disebot orang.
BENNY
Pasti sudah diserobot orang lain.
MAMA
Lihat dulu, baru bisa bilang begitu.
BENNY
(Segan-segan)
Baiklah, Mama. Aku akan teruskan tidurku di kamar mandi.
MAMA
Ya, dan orang-orang akan berteriak-teriak di depan pintu kamar
mandi.
Yang antri menunggu giliran mandi masih banyak ...
BENNY (Pada Magda)
Handukmu ...
MAGDA (Melepaskan handuknya)
Nih!
MAMA
Sikat gigi, odol, gayung, sabun mandi_ jangan lupa.
MAGDA
Kutinggalkan ia di sana.
BENNY
Ah, ada harapan barang-barang itu hilang.
(Keluar cepat)
MAMA
Pemalas.
MAGDA
Mama terlalu kaku menghadapi Benny, seharusnya tidak boleh begitu.
(Menyisir rambutnya)
Kasihan Benny, andaikan saja ia punya jabatan yang tinggi di
fakultasnya, tentu tak mungkin ia bisa dikeluarkan, dipecat. Ia anak pandai,
punya otak dan tak mudah percaya pada apapun.
MAMA
Kau terlalu memenuhi apa yang dia minta.
MAGDA
Aku mengerti dia, Mama. Itu soalnya.
MAMA
Mestinya ia sudah punya rencana untuk bekerja membantu kita ...
MAGDA
Ia bekerja, Mama. Ia melukis tiap waktu, dengan begitu ia berarti
melatih bekerja. Siapa tahu suatu saat ia bakal jadi sesuatu. Biarkan ia punya panggilan
yang lain.
MAMA
Kita butuh uang untuk bisa terus mempertahankan hidup. Seharusnya
anak sebesar ia juga mulai mencoba-ciba berpikir bagaimana cara mengatasinya.
MAGDA
Mama, ia lagi menyimpulkan. Ia hanya sedang mengalami
kekagetan,bahwa ternyata terdapat pengaruh besar terhadap jalan hidupnya. Dan karena
kekagetan itu mungkin ia menderita sakit sebentar. Tapi jangan khawatir.
Sebentar lagi tentu ia akan sembuh kembali.
MAMA
Aku tahu itu, coba ia bisa rem kehendak untuk berbantah dengan
gurunya tentu ia masih sekolah sekarang ini.
MAGDA
Pertengkaran pendapat itu biasa Mama. Apa lagi dikalangan
mahasiswa.Sedikitnya Benny dengan jujur dan gigih telah mampu mendapatkan kekuatan
untuk mempertahankan pendapatnya walau resikonya sesudah itu ia dipecat.
MAMA
Guru, biar bagaimanapun tentu lebih pandai dari pada
murid-muridnya. Kalau tidak tak mungkin ia jadi guru.
MAGDA
Belum tentu. Kadang-kadang ada guru yang terlalu mempertahankan pendapat-pendapat
yang sudah kuno, usang sedang zaman semakin maju. Dan kita tak tahu semua
pendapat mereka bisa diterapkan pada saat mereka-mereka itu mulai menua.
MAMA
Ya, tapi dengan begitu Benny dengan sengaja telah menutup salah
satu jalan hidupnya.
MAGDA
Nah, kini sedang ia buktikan apakah tuduhan Mama itu betul atau
tidak.
PAPA
Jika kita dengar sedari tadi ia bicara tentang dasi, kaus kaki,
sepatu yang mengkilat tentu bayangan kita telah tertambat pada kerapihan
seorang parlente. Tapi tidak. Begitu ia keluar dari kamar kita cuma melihat monumen
jaman yang sudah lampau. Tidak lagi up to date. Ia memang memakai dasi tapi
yang murahan, baju keriput karena memang bahannya murahan, celana komprang dan
sepatu; putih. Memang tanda-tanda parlente masih terdapat sisa-sisanya. Apa
yang kalian pertengkarkan?.
MAGDA
Bukan apa-apa Papa. Hanya soal Benny.
PAPA
Selalu Benny. Ia sudah besar, tahu apa yang baik buat dia. Biar
dia memilih.
MAGDA
Aku juga berpendapat begitu.
PAPA
Ia laki-laki dan setiap laki-laki harus tahu banyak tentang segala
hal. Dadanya harus dipenuhi oleh pengalaman-pengalaman.
MAMA
Ya, hingga semakin hari ia semakin tenggelam ia oleh
kelaki-lakiannya sendiri.
PAPA
Seperti aku Papanya … Begitu bunyi kalimat lanjutannya bukan? Nah sudahlah.
Tak baik bertengkar sepagi ini. Tetangga-tetangga akan mendengarnya dan ...
MAMA
Mereka sudah terbiasa mendengar teriakan-teriakan kita.
PAPA
Dan mengapa kita tidak merasa malu, ya? Heran juga aku. Eh, tak
kau sediakan kopi buatku? Sarapan pagiku?
MAMA
Kau ingin apa? Telur mata sapi? Nasi goreng? Kornet atau
serdencis? Segalanya sudah tersedia Tuan besar ...
PAPA
Di mana?
MAMA
Di toko. Dan untuk mengambilnya kita memerlukan kertas berharga.
PAPA
(Tertawa).
Kau ini terlalu mata duitan. Sudahlah, kalau memang tak dapat kita
ambil berhubung kita tak punya kertas berharga, kopi pahit pun tak apa, atau
remah-remah roti, atau kerak nasi yang digoreng.
MAMA
Kau melucu. Tak ada kopi, tak ada remah-remah roti juga tidak ada
kerakkerak
nasi. Yang ada cuma ini Air dingin dan angin. Nikmatilah sebelum kau
pergi.
PAPA (Tersenyum)
Nasib.
MAMA
Jangan mengeluh.
PAPA (Menyambung)
Tak menjauhkah rezeki.
MAGDA (Menyambung )
lebih baik terima segalanya dengan tabah .
MAMA
Konyol.
PAPA
Mengapa? Kita cuma mencoba menyelesaikan kalimat –kalimat darimu. Bukan
begitu, Magda?
MAGDA
Ya, Mama. Ingatan kita terang sekali bukan?
PAPA
Apa betul-betul tak ada sedikitpun sisa-sisa makanan. Rasanya aku
semalam
melihat roti tertimbun di sudut–sudut dapur.
MAMA
Mimpi. Apa lagi yang aku lihat. Tentu kau melihat ...
PAPA
Emas berbungkal-bungkal dan duit.
MAMA
Lalu ?
PAPA
Yang ini aneh. Aku melihat kau duduk di kursi goyang, tenang mengeluarkan
butiran-butiran kristal dari matamu. Kau duduk di sudut dekat peti beras.
MAGDA
Yang sudah kosong.
PAPA
Sudah kosong? Begitu cepat?
MAGDA
Yang kita makan tadi malam adalah sisa-sisa terakhirnya.
MAMA
Tentang kristal-kristal itu? Dan lalu? Apa lagi?
PAPA
Dekat peti beras kau duduk di kursi goyang dengan kepala sebesar
gajah dan mata sebesar durian berwarna merah.
MAMA
Kau mabuk.
PAPA
Jangan marah aku cuma ingin mencoba memakai cara lain untuk
membuat perut kita menjadi kenyang.
MAGDA
Coba kalau kita bisa kenyang tidak melulu lantaran makan.
PAPA
Aku yakin kita pasti bahagia.
BENNY (Masuk cuma memakai handuk
yang dililitkan di pinggangnya).
Nenek yang mukanya seperti labu itu benar-benar menjengkelkan.
Mama pikir
orang mandi itu bisa bersih; dalam satu menit?
MAMA
Benny, tak pantas kau begitu. Kau kan bukan anak-anak lagi.
PAPA
Dia menggedor-gedor pintu kamar mandi. Mandi Mama pikir bisa
tenang dengan iringan musik berupa gedoran–gedoran pintu? Padahal aku baru saja
masuk.
(Pada Magda).
Sudah kukatakan padamu, pasta gigi sudah tak ada di tempatnya
lagi. Tiga minggu aku disini dan korbanku meliputi lima sabun mandi, dua pasta
gigi, dan satu lagi sikat gigi. Brengsek. Semuanya patut dicurigai.
(Masuk).
MAMA
Benny ...
BENNY (Dari dalam kamar)
Kita di kelilingi pencuri-pencuri Mama.
PAPA
Benny tidak salah.
MAMA
Lalu apa yang akan kau lakukan? Menggeledah kamar-kamar tidur
mereka
dan kita ajukan ke pengadilan jika pencuri-pencuri itu bisa
tertangkap?
PAPA
Tak usah repot-repot. Kalau ada kesempatan, kita curi punya mereka
dan mereka harus merasa puas dengan barang–barang barter itu.
MAMA
Terlalu.
(Pada Magda).
Kau tidak lekas-lekas berangkat?
MAGDA
Tenang Mama. Masih lama. Baru jam tujuh lewat sedikit.
PAPA (Menunjuk jam dinding).
Ah dia belum mendapat giliran rupanya?
MAMA
Giliran apa?
PAPA
Berubah menjadi makanan. Beras misalnya.
MAMA
Tidak. Yang ini akan mendapat giliran yang paling akhir. Nanti
jika memang sudah tidak ada lagi sesuatu yang bias kita jual. Ia merupakan satu-satunya
kenangan dari kau, Tom- satu-satunya pemberian yang paling berharga darimu pada
ulang tahun perkawinan kita yang pertama. Kau masih ingat?
PAPA
Ingatanku sudah rusak sejak aku berhenti bekerja.
MAMA
Kau ingat Tom. Pasti kau masih ingat.
MAGDA
Jangan khawatir Mama. Ia hanya pura-pura tidak ingat.
PAPA
Dua puluh empat tahun yang lalu ...
MAMA
Ya ...
PAPA
Ya.
MAGDA
Nah, kan ? Sudah kukatakan, Papa cuma pura-pura tidak ingat.
PAPA
Waktu itu kau masih secantik dia bukan Marie? (Menunjuk Magda).
MAGDA
Mama lebih cantik dari aku.
MAMA
Omong kosong. Mukaku seperti kucing buduk.
MAGDA
Ayolah Mama, ayolah. Kecantikanmu waktu masih muda tak ada yang
bias menandingi.
PAPA
Ada cerita yang sangat menggelikan. Kau tahu, pada waktu itu
Papamu benar-benar tergila-gila padanya sehingga pernah selama tiga malam berturut-turut
tidur di teras rumahnya.
MAMA
Astaga selama ini kau tidak pernah bilang apa-apa padaku, tentang
itu. Lalu apa saja yang kau kerjakan selama tiga malam itu?
PAPA
Menunggu. Kalau kau keluar sendirian pada malam hari, secara
kebetulan mencari angin karena kau kepanasan atau apa saja, aku akan senang.
MAMA
Jika ternyata aku keluar sendirian, duduk di teras. Apa yang akan
kau lakukan?
PAPA
Ya ... Begitu saja. Mungkin cuma memandang, lalu senyum dari
tempat yang gelap dan membayangkan jika saja ... jika saja ... begitulah.
MAGDA
Ah ... Papa. Begitu penakutnya kau?
PAPA
Zaman dulu, nak ... lain dengan zaman sekarang.
MAGDA
(Menyambung)
Anak-anak muda dulu nak …lain dengan yang sekarang.
PAPA
Nyinyir ...
MAMA
Cuma bisa bertahan tiga malam Tom ?
PAPA
Ya sayang sekali malam ke-empat seorang penjaga malam menangkapku
dan menuduh aku pencuri. Terpaksa kenekatanku Cuma bertahan tiga malam.
(Semuanya tertawa).
OMA (Dari jendela yang terbuka menonjolkan
kepalanya).
Marie ...
MAMA
Ya?
OMA
Kau telah dengar?
MAMA
Apa, Oma?
OMA
Rice
MAMA
Rice? Mengapa Rice?
OMA
Bunuh diri.
MAMA
Hah?
MAGDA
Siapa? Kenapa Oma?
OMA
Rice. Semalam mayatnya diketemukan di pelabuhan dalam keadaan
(Melihat sekeliling)
Tapi janji, kau tidak akan cerita pada siapasiapa soalnya belum
ada yang tahu kecuali aku.
MAMA
Ya, ya, kenapa?
OMA (Hampir berbisik).
Dia hamil empat bulan itu menurut dokter. Dari dulu sudah
berkali-kali aku menasehatkan kepadanya, tidak baik gadis muda sering keluar
malam. Bukan apa-apa banyak setan yang lewat. Tapi yang dia lakukan apa? Selalu
mencibirku dan tetap keluar malam. Nah ini
akibat semua itu.
MAMA
Rice? Dan mayatnya Oma?
OMA
Ada dirumah sakit. Peter dan Stella pagi-pagi buta telah ke rumah
sakit. Kau tahu mengapa aku tahu semua ini Marie?
MAMA
Ya?
OMA
Pagi-pagi sekitar jam setengah lima, perutku terasa tiba-tiba mules.
Dengan agak malas aku pergi ke kamar kecil. Kau tahu kamar mereka dekat dengan
kamar kecil bukan ? Nah, dari situ aku mendengar seluruh cerita polisi tentang
Rice
(diam).
Kasihan Rice. Dia sebetulnya anak yang baik, jika saja Papa dan
Mamanya tidak setiap hari
bertengkar.
BENNY (Keluar dari kamar)
Papa.........apa kita masih mampu untuk memelihara burung beo?.
PAPA
Beo? Seekor anjing herderpun kita masih sanggup.
BENNY
Nah, aku akan ambil besok.
(Duduk).
Perutku lapar sekali.
OMA
Marie, aku pergi dulu.Eh, apa kau tidak ke pasar? Jangan terlalu
siang jika kau tak mau mendapat sisa
MAMA
Aku akan titip nanti, Entin belum ke pasarkan ?.
OMA
Belum. Tapi betul-betul kau harus tutup mulut Marieee, Aku cuma
percaya kau.
MAMA
Ya, Oma.
(Oma pergi setelah mengangguk).
BENNY
Jangan khawatir Oma, Mamaku bermulut tembaga. Tak akan lumer jika
api benar-benar panas.
MAMA
Benny, tak baik begitu.
BENNY
Selalu celoteh, nyinyir. Nah, Mama kalau kau ingin tahu, nenek
itulah yamg telah menggedor-gedor kamar mandi. Padahal kau tahu dia tidak mandi
tapi cuma kencing.
PAPA (Tertawa).
Barangkali sudah ia keluarkan sebelumnya.
MAMA
Tom …
PAPA
Apa?
MAMA
Kasihan Rice.
BENNY
Tak ada makanan, Mama?
PAPA
Baru saja kau menelannya tadi. Sarapan pagi yang lezat.
BENNY
Rice yang tinggal di dekat kamar mandi itu Mama ?
MAGDA
Ya.
BENNY
Yang mulutnya begitu merah sehingga aku kaget ketika pertama kali
aku melihatnya. Hampir aku menyangka bahwa ia baru saja memangsa darah.
MAMA
Benny, Tak baik begitu. Ia sudah meninggal.
BENNY
Aku tidak memburuk-burukannya kan?
PAPA
Ah sudah waktunya aku pergi. Aku mesti buru-buru sedikit. Ada
sesuatu yang mesti aku kejar
MAMA
Apa?
PAPA
Duit! Mudah-mudahan terkejar dan tertangkap olehku. Aku pergi.
MAMA
Tom.
PAPA
Tak usahlah. Nanti saja.
BENNY
Mama cuma ingin bilang bawalah duitnya banyak-banyak, Papa.
PAPA
Begitu?
BENNY (Tertawa).
Ya
PAPA
Tidak lebih dan tidak kurang. Sama seperti pada hari-hari yang
lalu.
MAMA
Jangan kau pulang terlalu malam Tom.
PAPA (Dari luar kita mendengar)
Mudah–mudahan.
MAGDA
Bawa oleh-oleh buat Mama, Pa.
BENNY
Ia sudah pergi.
(Diam Ibu menerika).
Berapa banyak kira-kira gentong bir itu akan memberi Papa duit?.
MAGDA
Mengapa ? Mama sudah tahu sejak lama bukan?
MAMA
Sudahlah Benny. Ambilkan keranjang cucian di kamar tidur.
BENNY (Patuh)
Mama sudah lama tahu bahwa dia punya saingan. Lebih buruk tapi kaya.
Aku yakin papa sudah ditunggu oleh dia.
(Keluar membawa keranjang berisi pakaian yang akan diseterika).
MAGDA
Bagaimanapun juga ia Papamu.
BENNY
Dan juga Papamu. Dulu, Aku pikir baru aku sendiri tahu hal itu,
tapi ketika aku menceriakan padamu ternyata kau sudah tahu, dan Mama juga.
Semua tahu. Aneh memang, tapi nyatanya Mama tak mampu berbua apa-apa,
(Diam)
kita miskin, kita miskin, bukan Mama?
MAMA (Agak tersinggung)
Aku temui Entia dulu mudah-mudahan dia belum berangkat ke pasar.
(Keluar cepat).
MAGDA
Benny, kau sakit hatinya.
BENNY
Kasihan Mama.
(Mengeluh).
Dia sudah kehilangan keberaniannya.
MAGDA
Papa seorang laki-laki, Benny. Dia hanya ingin …
BENNY
Apa yang dia inginkan? Kepuasan? Dan apa yang mama inginkan? Duit?
Mama tidak pernah bisa memberi kepuasan apa-apa pada Papa dan karena itu Ia
membebaskan Papa untuk berbuat apa saja asal Papa bisa bawa pulang duit untuk
bisa hidup. Sebuah barter yang adil. Tapi sudah begitu murahkah mama?
MAGDA
Benny, banyak hal yang tidak bisa kau mengerti. Kau baru tiga
minggu di sini. Selama ini kau di luar rumah dan melihat kemiskinan kita hanya
dari angan-angan. Kau pulang dua kali setahun, itupun cuma dua malam. Dulu kau
tidak begitu yakin kalau kita miskin? Tapi ini nyatanya, kita tidak punya
apa-apa.
BENNY
Kau pikir di luar rumah aku enak-enak? Dan berlagak kaya? Aku
tahu, itu makanya aku tidak pernah malu untuk mendapatkan duit dengan mencatut bioskop.
Aku tahu kalian di sini membanting
tulang untuk membiayaiku dan aku tidak pernah menutup mata melihat kenyataan
itu.
MAGDA
Satu hal harus kau tahu bahwa biaya sekolahmu ...
BENNY
Aku sudah tahu. Kau dan si gentong bir, kekasih Papa itu yang membiayaiku
selama ini bukan begitu? Aku sudah tahu, tidak usah kau ungkit-ungkit lagi hal
itu.
MAGDA (Menghela nafas).
Yah ...
BENNY (Ia mengeluh).
Kasihan aku.
MAGDA
Sudahlah, Benny. Kau harus berpikir sedikit tenang. Coba
bandingkan apa yang telah kau ketahui.
(Dia melihat Benny)
Papa masih belum begitui tua, Ia masih punya kegairahan hidup.
Kegairahan seorang laki-laki. Sementara itu ia dipecat karena pengurangan
pegawai dan sejak itu aku bertekad menyetop sekolahku dan mulai mencari uang.
Dan sejak itu pula papa mulai kehilangan pegangan. Tadinya ia percaya bahwa ia
akan bias berkerja hingga pensiun. Tapi yang terjadi malah pemberian uang pesangon
dan pemberhentian. Tapi apa arti uang pesangon jika pintu bekerja ditutup
baginya. Lalu apa lagi keahlian Papa? Dia cuma buruh kecil. Dia tak punya
keahlian apa-apa. Dan Mama lalu mulai sakit-sakitan, loyo dan masa bodoh
menghadapi segala hal. Satu hal yang bertambah adalah cerewetnya, minta ampun.
Memang ia bekerja sangat keras sekali, karenanya seluruh kegairahan hidupnya
seakan-akan habis dihisap semua itu.
(Diam)
harapan kami satu-satunya cuma kau. Kami bersedia melakukan apapun
untuk bisa membiayai sekolahmu. Kita telah menjadi satu sama lain. Memang tak
masuk akal kedengarannya dan betapa sakit bila kita rasakan, seakan-akan
harapan telah menginjak habis harga diri. Tapi satu hal harus kau tahu buat apa
semuanya ...
BENNY
Aku tidak menyalahkan siapa-siapa. Aku Cuma bilang; kasihan aku.
MAGDA
Yah ...
BENNY
Mungkin aku yang salah.
(Menutupu mukanya dengan kedua tangan)
MAGDA (Setelah lama sunyi)
Benny, apa tidak pernah kau coba untuk menjual lukisan-lukisanmu?
Mungkin bisa laku. Di rumah majikanku aku melihat begitu banyak lukisan
tergantung di dinding ruang tamu dan dia bilang bahwa harganya mahal-mahal. Aku
telah lama melihat bahwa lukisanlukisanmu
tidak lebih buruk dari lukisan-lukisan milik majikanku. Lagipula,
pasti ada juga baiknya bagi kau. Aku yakin.
BENNY
Kau benar. Sudah ingin kucoba, tapi aku malu. Mereka akan
memperolokolokkanku.
MAGDA
Ah, kau terlalu rendah diri. Begini, aku punya usul bagus. Kau
tahu bukan, bahwa Papa dan Mama besok ...
BENNY
Ulang tahun perkawinan mereka yang ke dua puluh lima?
MAGDA
Ya. Cobalah usahakan supaya kita bisa beri mereka hadiah yang tak
begitu mahal tapi bisa menyenangkan hati mereka. Aku sendiri telah mengumpulkan
sedikit uang. Kalau punyaku dan punyamu digabung tentu kita akan dapatkan
hadiah yang agak mendingan. Bagaimana?
BENNY
Ah, kau kira aku melupakannya, ya?
(Menggandeng Magda)
kemari, coba kau lihat.
(Benny menyeret Magda ke dapur lalu membuka selubung benda yang
tergolek disudut dapur).
Lihat, selama seminggu aku telah mencoba menggambar kita ... Aku …
Kau … Papa … Mama. Dan semuanya kukerjakan malam-malam sesudah kalian tidur.
Aku ingin memberikan sesuatu kepada mereka dengan diam-diam. Suatu surprise.
MAGDA
Begitu cantiknya aku? Aku tak mengira aku begini bagusnya. Kau
sungguhsungguh berbakat Benny. Mama dan Papa pasti gembira. Kalau begitu beres
sudah . Kita sudah menemukan hadiah yang menarik.
BENNY
Di bawah sini akan aku tulis “Buat Mama, Papa tercinta. Dari Benny
dan Magda. Dua puluh lima tahun bahagia bersama”. Eh kau masih punya duit bukan?
MAGDA
Ya?
BENNY
Kita belikan Papa minuman keras, supaya besok malam dia betah
tinggal di
rumah. Kita harus berbuat sesuatu agar mereka tetap bersama biar
dalam
kemiskinan. Kita harus usahakan dari belakang. Apa duitmu cukup?
MAGDA
Untuk satu botol saja aku kira cukup.
BENNY
Siapa di antara kita yang telah jadi pemabok? Selain Papa tidak
ada. Satu botol cukup untuk bikin dia muntah-muntah, mabok. Dan terpaksa ia
akan tinggal di rumah.
MAGDA
Setuju.
(Kedengaran suara Mama dari luar),
Mama, dia sudah dating.
BENNY
Dia belum boleh melihatnya sekarang.
(Menyelubungi lukisannya kembali)
Ayo kita kembali duduk-duduk
(Mereka kembali keruan tengah dan Magda menyisir rambut
seakan-akan tak terjadi apa-apa, sementara itu Benny membaca).
MAMA (Mama masuk).
Kasihan Rice. Ternyata semua orang sudah tahu. Mereka lagi
ribut-ribut sekarang. Kau tahu Magda, Rice bunuh diri gara-gara pacarnya
memutuskan percintaan mereka ketika tahu bahwa Rice hamil empat bulan. Dia lari
kemana. Eh, kalian belum berangkat juga?.
(Melihat jam dinding).
Sudah hamper jam delapan, kau telat nanti Magda.
MAGDA
Sebentar Mama. Aku belum lagi menemukannya. Kemarin sore aku taruh
disini. Apa sudah Mama pindahkan ke tempat lain?
MAMA
Apa?
MAGDA
Alat-alat menjahitku.
MAMA
Kau memang ceroboh. Kuingatkan itu adalah senjatamu, tak patut kau
taruh di sembarang tempat. Coba kalau ada anak-anak kecil kemari dan mengambilnya.
Apa yang akan kau katakan?
MAGDA
Kemarin, aku pusing kepala Mama. Aku taruh di sini. Tak mungkin bias
hilang.
MAMA
Memang masih ada. Disitu di dalam lemari pakaian dekat tas Mama
yang
hitam.
MAGDA (Masuk kekamar)
Memang ada. Nah, ini dia.
(Keluar).
Aku pergi sekarang.
BENNY
Jangan lupa Magda, kau tahu bukan mereknya ?
MAGDA
Dua kucing hitam berhadapan. Dan botolnya gak gemuk pendek semacam
kendi.
BENNY
Ya, persis.
MAMA
Apa itu?
MAGDA
Sampai nanti Mama
(Cepat pergi)
MAMA
Kau bicara tentang apa Benny?
BENNY (Memeluk Mama)
Mamaku sayang. Aku tadi telah menyinggung hatimu bukan? Kau tidak
marah bukan? Mama, aku ingin mencium pipimu setiap hari asalkan kau tidak
cerewet lagi.
MAMA
Benny, kau ini seperti anak kecil saja. Ayolah jangan begini. Mama
mau menyeterika, Benny.
BENNY
Tapi jika dipikir-pikir tak ada Mama yang tak cerewet. Beruntung
juga aku mempunyai Mama yang cerewet. Sedikitnya hari-hari tak pernah kulewati dalam
kesepian. Aku juga mesti pergi. Ada seorang kawan yang berjanji akan
menolongku. Mudah-mudahan dia benar-benar mau menolongku. Hati-hati di rumah,
Ma
PERGI.
MAMA
Kau tidak sarapan dulu?
BENNy (Dari luar)
Aku sudah kenyang Mama. Kenyang karena angin dan air dingin
MAMA
Anak nakal
(melihat sekeliling).
Berantakannya kamar ini. Aku harus membereskannya, aku harus
membersihkannya, tapi pertama-tama aku harus menyelesaikan semua seterikaan ini
dulu.
MELIHAT KERANJANG YANG PENUH PAKAIAN IA MENYETERIKA LEBIH CEPAT
SEMENTARA ITU JAM DINDING BERBUNYI TEPAT DELAPAN KALI.
FADE OUT
SELESAI ADEGAN PERTAMA.
ADEGAN
DUA
KETIKA LAMPU FADE IN, KAMAR
TIBA-TIBA TELAH BERSIH DAN RAPI. MULA-MULA DARI LUAR RUMAH KITA DENGAR NYANYIAN.
“SELAMAT ULANG TAHUN KAMI UCAPAKAN” DAN NYANYI GEREJA “DATANGLAH KEMARI
PENGANTIN SUCI” DINYANYIKAN DALAM KOOR YANG KACAU TAPI SPONTAN DAN GEMBIRA.
LALU KITA MASUK KEKAMAR TENGAH. KITA MELIHAT MEREKA BEREMPAT DUDUK MENGELILINGI
MEJA. BERNYANYI DAN BERTEPUK TANGAN. ADA LILIN DI MEJA. MAKANAN DAN BOTOL
MINUMAN KERAS SETENGAH KOSONG. KUE ULANG TAHUN. LUKISAN BENNY TERPAJANG DI TENGAH
RUANGAN ANTAR JAM DINDING DAN POTRET TUA.
PAPA (Lalu Mama meniup lilin)
Astaga, susah payah juga rupanya meniup api dari dua puluh lima
lilin. Nah, sebelum kita makan, bagaimana kalau kau menciumku dulu?
MAMA
Sudahlah, aku sedang terharu.
PAPA
Sudah kucium kau berualng kali tadi. Sekarang (Giliranku
menciummu).
MAGDA
Ayolah Mama.
BENNY
Mama.
PAPA
Marie aku menunggu.
BENNY
Mama kalau kau malu, kami akan tutup mata.
MAMA (Dengan cepat mencium Papa,
lalu duduk seperti biasa membagikan
makanan dalam piring-piring)
sudahlah, kita sudah terlalu tua untuk berciuman.
BENNY
(Dan Magda bersorak
gembira, bertepuk tangan)
Bagus.
PAPA
(Tak menduga)
Cuma pipi?
MAMA
Lalu apa?
PAPA
Cuma pipi? Ayo Mama curang.
MAGDA
Lihat muka Mama merah.
BENNY
Mama malu
(Semua tertawa riuh kecuali Mama yang salah tingkah).
MAMA
Kalau kau ganggu aku terus menerus aku akan tutup pesat ini, akan
kutaruh dalam lemari makanan–makanannya, lalu kukunci rapat-rapat pintu lemarinya
dan aku biarkan tikus-tikus menggerogotinya.
BENNY
Jangan Mama aku masih lapar.
MAGDA
Ya, Mama kami masih lapar.
PAPA
Di mana kau beli minuman ini Magda? Rasanya seperti minuman surga.
Kalau aku yang beli biasanya hambar saja tapi yang ini lain. Apa mungkin begitu?
Merek sama tapi lain rasanya?
MAGDA
Soalnya bukan itu Papa.
BENNY
Soalnya Papa sudah mulai mabok jadi segalanya terasa seperti
semangat surga.
PAPA
Eh, anak kecil tahu apa tentang orang mabok? Satu botol bukan
apa-apa bagi Papamu. Setengah botol belum cukup untuk membuatku mabok. Nah, kau
lihat sendiri masih setengah lebih. Lihat, lihat, biar jelas.
(Benny tertawa).
BENNY
Papa, kau berjanji akan mengkritik lukisanku setelah lilin padam
ditiup. Sekaranglah waktunya.
PAPA
Baik, baik akan kukatakan pendapatku tentang lukisan itu.
Dengarkan baik-baik. Kalau dilihat betul-betul memang bagus secara keseluruhan.
Cuma satu cacatnya. Lihat baik-baik pada bagian mata, Mata Papa.
MAMA
Jangan dengarkan omongan Papa Benny, ia pasti akan ngelantur.
PAPA
Kau tahu aku lebih tahu tentang lukisan daripada Mamamu. Coba
lihat jelas-jelas. Mata Benny bagus. Persis mata seorang anak muda yang masih segar.
Mata Magda tidak lebih daripada mata seorang gadis yang penuh dengan harapan,
itu cocok, mata Mamamu -seekor kucing setengah tua yang tak acuh. Persis bukan
?
MAMA
Kupukul-pukul kau
(Semuanya tertawa).
PAPA
Aku hanya bilang seperti tidak persis. Jangan marah dulu.
Kuteruskan. Yang aku keberatan ialah kenapa justru mataku kau gambar begitu
galak seperti burung hantu? Itu aku protes. Kau sedang mencoba
memperolokolokkan Papa? Ujudku kan tidak begitu ganasnya.
BENNY
Aku melukiskan kesan Papa. Apa yang telah terkesan di otakku
tiba-tiba telah ku pindahakan ke kanvas. Mungkin saja ketika kesan Papa kuhadirkan
dalam otakku ada ujud burung hantu yang lewat tiba-tiba saja dan ketika
tanganku bekerja secara tak sadar aku telah menggambar begini. Yah, aku minta
maaf.
PAPA
Aku tidak bilang lukisanmu itu buruk. Jangan lupa aku Cuma bilang
bahwa ia ada cacatnya. Tapi itu menurut aku. Lukisan itu bagus, bukan begitu Marie?
MAMA
Bagus, Mama senang. Yah, Mama tidak mengerti tentang lukisan, tapi
sungguh-sungguh Mama senang. Warnanya mengingatkan Mama seperti matahari yang
tenggelam diujung laut, kauingat itu Tom?
PAPA
Warnanya manis dan suram.
MAGDA
Ungu dan hitam.
BENNY
Merah magenta dan biru
PAPA
Ah, bagus, bagus. Kita harus bersyukur pada Tuhan bahwa kita bias merayakan
hari yang bahagia ini dengan sederhana. Sayang pendeta Chris yang baik hati itu
sudah meninggal. Jika ia masih ada tentu ia akan memberkati kita.
MAMA
Ia akan emlihat bahwa perkawinan yang pernah direstuinya telah
berumur dua puluh lima tahun. Sayang sekali.
PAPA
Tapi ada satu hal yang tadi menggangguku.
MAMA
Apa itu Tom?
PAPA
Omong-omong, kalian dapat duit darimana? Betul-betul aku sangat
heran, bagaimana mungkin duit yang kuperoleh bisa semewah ini. Barangkali duit yang
kuberikan padamu Cuma cukup untuk membeli kue itu saja. Tapi yang lainnya
datang darimana? Aku curiga jadinya. Dari kau Magda? Benny? Atau kau,Marie?
MAGDA
Kita bukakan rahasianya Benny?
BENNY
Papamu mau tahu?
PAPA
Tentu.
MAGDA
Aku menabung khusus untuk itu.
PAPA
Dan kau Benny?
MAGDA
Benny telah menjadi pelukis Papa. Salah satu lukisannya telah ia
jual dan laku, lumayan juga, sama dengan gajiku dua bulan untuk satu lukisan
MAMA
Betul itu Benny?
BENNY
Terlalu kau Magda. Kau sudah bilang supaya rahasia ini jangan kita
katakana pada siapa-siapa. Lebih baik ceritakan cerita bohong yang lain.
MAMA
Jadi lukisan-lukisanmu ternyata bisa dijual. Yang ini pasti akan
mahal.
(Menunjuk lukisan keluarga).
Kita bisa kaya karena itu Benny.
BENNY
Yang ini? Jelas tidak akan kujual.
BENNY
Ini khusus buat Mama dan Papa.
PAPA
Kau dengar itu Marie? Kita punya anak seorang pelukis. Sejak aku mimpikan
bahwa aku bakal punya anak seorang pelukis.
(Dari jendela muncul orang menongolkan kepalanya).
OMA
Aku mendengar nyanyian-nyanyian. Aku turun kemari. Panas sekali di
dalam kamarku, mungkin hari akan hujan. Eh, sedang berpesta rupanya.
MAMA
Masuklah Oma, kami lagi menikmati kenangan masa lalu sebentar.
BENNY (Pada Papa).
Sebuah labu datang lagi untuk berteriak.
PAPA (Pada Benny)
Kali ini ia tidak akan menggedor-gedor pintu kamar mandi, tapi
datang untuk menggedor-gedor pintu kau ulang tahun.
BENNY (Pada Papa)
Memalukan. Apa mungkin dia bisa kita sayur?
MAMA
Ayolah Oma. Tidak usah malu-malu. Tidak ada siapa-siapa.
OMA
Terima kasih Marie. Aku mesti menyelesaikan rendaanku. Kau tahu Christine
bukan? nakku yang baru saja kawin satu
tahun yang lalu? Kini ia telah pindah ke Bandung. Setelah sebelas bulan tinggal
bersama mertuanya di Samarinda. Dan kemarin dulu ia mengirim surat.
MAMA
Oma harus mencicipi kue ini
OMA
Ah, hari jadi siapa ini?
BENNY
Benar, Oma. Dua puluh lima tahun yang lalu Marie dan Thomas
Pattiwel dikawinkan dengan syah di gereja oleh Pendeta Chris.
(Pada tertawa).
MAGDA
Hus, Benny.
OMA
Oooo –begitu? Selamat, selamat aku ucapkan.
(Menjabat tangan Mama)
MAMA
Tom …
PAPA (Bangkit menyalami Oma)
Terima kasih.
OMA
Enak kuenya. Kau beli dimana? Pasti bukan di Cikini.
BENNY
Di Cikini Oma ... kami telah mampu berbelanja di pasar Cikini. Ah,
Oma terkejut. Mungkin Oma sangka kami bohong. Tidak. Bukan begitu Magda?.
MAGDA
Memang begitu.
OMA
Oh,
(Mencoba mengalihkan soal)
Christine, Marie –telah kaya sekarang dan ia mengharap aku mau
tinggal di rumahnya, suratnya telah dating kemarin sore. Besok akan kubalas
suratnya dan akan kukatakan bahwa aku ingin menghabiskan sisa-sisa umurku di
sini dan akan kukirim taplak meja berenda ini padanya. Sudah lama sekali ia
menginginkan ini. Dan untuk membuatnya sendiri ia tak bisa merenda.
MAMA
Christine, aku tahu ia sangat cantik.
OMA
Ya, kasihan ia. Ia sangat cantik tapi terlalu kumanjakan. Aku tahu
ini salahku. Tapi kupikir-pikir tak ada salahnya memanjakan anak perempuanku
satu-satunya. Kumanjakan ia hingga memasak sayur asempun ia tak bisa. Aku tak
tahu bagaimana keadaan dapurnya. ia sudah mulai bisa memasak sendirian, atau ia
mampu menggaji babu. Ah, sebagai Mamanya, Marie, aku maklum bahwa ia
mengundangku untuk tinggal bersamanya karena ia butuh keahlian itu, memasak dan
mengatur rumah tangga. Pintar ia. Anak-anak, anak-anak, tapi aku sudah cukup
dengan segala itu. Aku ingin istirahat. Tulang-tulangku sudah mulai menua. Dan penyakit
encok yang berkala datangnya sangat membuat aku semakin lemah. Eh, Marie, kau
tahu dokter Haryono ynag tinggal di jalan sawo, bukan? Dulu ia sering kemari.
Aku tahu ia mencintai anakku. Begitulah tergila-gilanya pada yang lain. Dan
dokter Haryono mundur teratur. Kasihan memang, tapi apa boleh buat. Nah,
kemarin aku bertemu dengannya, dan ia memberikan obat_ apa itu, lupa lagi aku
namanya. Dan aneh sekali, penyakit encokku makin hari semakin berkurang rasa sakitnya.
Nyerunya hilang. Betul-betul baik hati ia.
MAMA
Dokter-dokter jarang yang tidak baik hatinya. Apa tidak lebih baik
Oma masuk saja? Di luar pasti dingin sekali.
OMA
Biarlah, lain kali saja. Terima kasih, Marie. Kuenya enak sekali.
Tom, telah duapuluhlima tahun kau menjaga Marie, ya?
PAPA
Duapuluhlima tahun lewat tiga jam, Oma.
OMA
Ya, haru sekali, aku. Mari, oh, aku beri tahu kau satu hal lagi.
Kalau kau
mau ke pasar, jangan kau titip apa-apa sama Entin. Lebih baik
pergi sendiri.
MAMA
Kenapa?
OMA
Ia suka mencatut harga. Sudahlah.
(pergi)
BENNY
Terima kasih, Oma. Datanglah kemari sering-sering selama kami
masih punya kue buatan toko Cikini.
MAMA
Benny, tak baik didengar tetangga.
BENNY
Nyinyir.
PAPA
Nah, aku kenyang sudah.
MAGDA (Menyikut Benny)
Ia sudah mau pergi.
BENNY
Tidak, ia Cuma mengatakan bahwa ia kenyang.
MAGDA
Kita tinggalkan mereka berdua, supaya mereka bisa bicara
tenang-tenang tanpa gangguan kita.
BENNY
Usul bagus.
MAGDA
Baik, Mama. Aku dan Benny akan pergi sebentar, sebentar saja.
MAMA
Pergi ke mana? Malam-malam begini?
MAGDA
Cari angin di luar.
BENNY (Menggandeng Magda)
Mungkin nonton bioskop.
(Cepat keluar)
MAMA
Jangan terlalu malam-malam pulang.
PAPA
Biarkan mereka bersenang-senang sedikit.
SUASANA JADI KAKU UNTUK SEMENTARA. ADA SEMACAM KENANGAN MELINTAS
DI PIKIRAN MEREKA. KENANGAN MASA MUDA. TENTANG HIDUP, TENTANG KEBAHAGIAN,
TENTANG CINTA, SERASA MEREKA JADI HIDUP MUNDUR 25 TAHUN KE BELAKANG
PAPA
Kau cantik sekali, Marie. Dengan topi itu rasanya aku berhadapan
seperti dengan seorang bintang film.
MAMA (Kikuk)
Ya, ya. Topi dari gudang. Telah aku sulap jadi begini. Kelihatan masih
bagus, bukan?
PAPA
Baru aku perhatikan sekarang bahwa kau memakai topi. Dulu kau juga
pernah memakai topi. Lalu kau agak tersinggung sedikit, dan aku katakan; selama
rambut kau masih bagus, kenapa kita mesti memakai topi. Kemudian kau menurut
dan sejak itu kau tidak pernah memakai topi. Rambutmu dulu bagus sekali.
Panjang dan lebat, hitam dan mengkilat. Betapa marahnya aku bila rambut itu kau
potong biar sejengkal tanpa setahu aku. Kau nampak lebih cantik dengan rambut
terurai. Kenangan masa muda.
MAMA
Kita telah sama-sama tua.
PAPA
Ya, Marie.
(Mengambil sesuatu dari kantong bajunya dan menunjukkan sebuah
potret yang lusuh)
Kau ingat potret ini? Lihat, kau uraikan rambutmu dan sepanjang
itu. Aku ingin melihat lagi kau seperti ini, Marie.
MAMA
Tom, kau temukan di mana potret ini?
PAPA
Kemarin lama aku bertemu dengan kawan lama dan ia mengajak aku ke rumahnya.
Di sebuah album miliknya kutemui potret itu dan aku minta kembali. Ia cuma
mengizinkan meminjakannya selama satu minggu. Satu minggu lagi ia akan datang
kemari bertamu, dan mengambil kembali potret ini. Tapi bukan itu saja, ia
berjanji akan mengusahakan kerja untukku.
MAMA
Tom, kau masih nampak muda. Gemuk dan berseri-seri.
PAPA
Pada waktu itu kita belum kawin.
MAMA
Coba kau ingat-ingat di mana tempat ini?
PAPA
Aku ingat. Di tepi pantai sore hari. Di sini, di sebelah sini,
menara, mercusuar dan di sebelah sini rumah makan. Kita sering makan di situ. Waktu
itu kita pergi bertiga. Bersama ...
MAMA
Yopie. Aku ingat bersama Yopie, kawan akrab kita.
PAPA
Nah, dari dia aku dapat potret ini.
MAMA
Dari dia? Kau bertemu dengan dia?
PAPA
Ya.
MAMA
Bagaimana keadaannya?
PAPA
Sangat kaya. Dia punya perusahaan kayu yang sangat maju.
MAMA
Beruntung sekali.
PAPA
Kalau ia tak pergi ke Surabaya, tentu malam ini akan datang
kemari.
(Diam)
Marie, aku ingin topi itu kau buka. Aku ingin mengelus-elus
rambutmu ynag panjang hingga puas.
MAMA
Tapi, tapi Tom ...
PAPA
Ayolah, kau pasti akan lebih cantik ...
MAMA
Tom, aku ...
PAPA
Kucopot topimu?
MAMA
Jangan, jangan ...
PAPA
Kenapa?
MAMA
Aku ... ah, kau pasti marah padaku.
PAPA
Aku? Kenapa harus marah? Kubuka sekarang, heh?
MAMA
Baiklah, tak ada gunanya lagi. Toh akan ketahuan juga nanti.
Jangan, biar aku sendiri yang membukanya.
(Mencopot topinya)
Kau lihat sekarang …
PAPA
Astaga, Marie, kau apakan rambutmu? Kau ...
MAMA
Ya.
(Hampir menangis)
Akan kuberi tahu, akan kuceritakan kenapa. Pagi tadi hampir-hampir
aku kehilangan akal dari mana akan aku peroleh untuk segala ini. Aku ingin kita
merayakannya. Tom, biar sederhana, tapi harus ada peringatan dan tentu saja aku
tak mau kalau kita merayakannya Cuma dengan air dingin. Duit yang kau berikan
padaku, kemarin sore_ Cuma cukup untuk beli sebotol sirup dan sebungkah es
batu. Waktu itu aku belum tahu bahwa Benny dan Magda mempunyai cukup uang untuk
segalanya ini. Lama aku memikirkan dari mana aku bisa dapatkan uang tambahan
untuk menyiapkan pesta kita. Paling sedikit kita berempat harus
makan enak.
MAMA
Itu tekadku. Lalu tiba-tiba aku dapat akal_ sesudah kalian pergi
aku juga pergi ke pasar pagi. Aku tahu bahwa kau akan marah, tapi apalagi yang bias
aku lakukan? Tak ada jalan lain. Aku pergi ke tempat mereka, sederetan pedagang-pedagang
dan aku kenal salah satu di antara mereka. Seorang nenek tua yang sedari dulu,
jika aku lewat di depannya, selalu memuji kelebatan rambutku dan ia mau
membelinya. Aku datang padanya. Lalu segalanya terjadi. Aku harus melihat
dengan mata kepalaku sendiri, milikku ini digunting jadi miliknya, sesudah aku
menerima beberapa lembar duit. Kau tahu, Tom, tadinya aku berfikir mungkin jam
antik itu bisa aku jual dan pasti akan laku agak mahal, tapi akhirnya aku
berfikir lagi dan berfikir lagi. Tak mungkin itu. Jam antik itu milik kita
bersama. Ia adalah kenang-kenangan kita, cinta kita. Dia adalah kita. Dan
kejadian itu bukanlah sesuatu yang mendesak, walaupun penting tidak darurat. Lagipula
sudah terlanjur aku mendapatkan jalan lain yang lebih mudah. Tidak tega aku
melepaskan jam itu ... lalu aku memutuskan bahwa lebih baik rambutku saja yang
aku relakan.
PAPA
Marie …
MAMA
Aku tahu kau pasti marah, tapi aku sudah pikirkan hal itu
baik-baik dan segala resiko aku sendiri yang akan mempertanggungjawabkannya.
Soalnya aku ingin ada yang merayakannya. Dan untuk itu kita perlu biaya_kita perlu
uang, tidak banyak, cukup untuk sebuah pesta yang sederhana. Dan cuma itu
satu-satunya hal yang bisa aku lakukan. Kau akan memaklumi
aku, bukan ? Kau harus bisa mengerti. Bisa, bukan? Tom ?
PAPA
Ya, Marie. Tak ada lagi yang bisa kita lakukan.
(Mencoba mengalihkan persoalan)
Ah, hanya soal rambut. Mengapa? Beberapa bulan lagi tentu ia akan
memanjang lagi. Lupakan, Marie, lupakan.
MAMA
Tom, mula-mula berat sekali aku lakukan. Aku malu, sangat malu.
Ya, seakan-akan sesudahnya semua mata memandang kepadaku dan menuduhku pencuri.
Pencuri milikku sendiri. Walaupun si nenek itu bilang bahwa hal itu biasa, tapi
tetap saja aku celingukan mencoba mencurigai setiap orang yang memandangku.
Dari rumah sudah kurencanakan segalanya. Sesudah rambutku tidak ada aku harus
kelihatan tetap cantik dan nenek itu sanggup membuat rambutku keriting dalam waktu
dua jam dengan bayaran yang murah. Hingga sisa harga rambut tadi masih bisa
untuk keperluan yang lain. Tapi, Tom, aku harus mengutuki hujan. Begitu
derasnya air mengalir dari langit sehingga semuanya jadi berantakan. Yah,
semuanya jadi kacau. Aku telah melihat diriku dalam kaca dan rupaku persis
bebek yang kedinginan kena hujan. Seekor kucing tua yang budukan. Rambutnya
kacau balau.
MENANGIS DAN TERTAWA DI ANTARA TANGISANNYA
PAPA
Sesudah itu kau mencoba menutupinya dengan topi?
MAMA
Ya.
PAPA
Itu sebabnya dari tadi kau kelihatan seperti ikan. Seakan-akan
cerewetmu sudah hilang entah ke mana. Mukamu pucat seperti tubuh kurang darah.
MAMA
Aku pucat, Tom?
PAPA
Tidak, Marie, kau tetap pria tercantik.
MAMA
Biar rambutku hilang separuh? Aku telah kehilangan kekuatan untuk
yang satu itu. Aku ingin, aku ingin, Tom. Aku ingin tapi aku tidak tahu kenapa hatiku
dingin.
(Menangis)
Kau sudah berjanji tidak akan mengungkitungkit lagi hal itu.
PAPA
Kau bisa. Aku yakin kau bisa. Kau Cuma belum pernah mau
mencobanya.
MAMA
Kau sudah berjanji tidak akan mengungkit-ungkit hal itu lagi.
Mungkin aku sakit atau apa. Entahlah, mungkin rasanya aku sakit dan selama ini
kau telah memperlakukan aku sebagai orang sakit. Tom, aku sudah berjanji ...
PAPA
Kau Cuma terlalu dibayangi oleh ketakutan tanpa sebab. Kita akan
coba lagi berdua. Akan aku bantu kau.
MAMA
Aku tak bisa.
PAPA
Sudah tak jadi soal lagi bagiku.
MAMA
Betul-betul kau tidak marah?
PAPA (Mengangkat kedua jari tangannya)
Aku bersumpah ...
MAMA
Tom, tak usah bersumpah …
PAPA
Marie …
(Memeluk mama dengan keras dan diciuminya. Untuk sesaat sunyi,
lalu terdengar suara Papa hampir berbisik)
Kita mulai sekarang.
MAMA
Apa, Tom?
PAPA
Aku ingin kau kembali lagi jadi istriku malam ini. Aku bersumpah,
aku akan terus di rumah. Aku tak akan pergi-pergi lagi.
MAMA
Tom, aku sudah terlalu tua untuk itu.
PAPA
Dengar, Marie, kau tentu bisa memaklumi aku, bukan?
MAMA
Ya, Tom, aku tahu. Tapi aku tidak bisa_aku ingin, tapi aku tidak
bisa. Aku ciumi kau sepuas hatimu. Tapi aku tidak bisa_aku akan melakukan apa
saja, tapi …
PAPA
Marie, Marie, aku tidak akan meminta apa-apa malam ini. Aku cuma
minta satu hal. Kau harus mencoba satu hal_ jadilah istriku kembali. Sudah lama
kau hilang. Sudah lama sekali aku merasakan kehilangan. Coba, ingin rasanya aku
memeluk kau dalam kehangatan. Kau lihat sentimentil masa remaja mulai lagi
menjangkiti tubuhku? Aku ingin selamanya berada di rumah ini. Tapi kau tak
pernah mau mencoba.
MAMA
Aku telah melupakannya, Tom. Urusan-urusan hidup yang lain terlalu
merepotkanku.
PAPA
Mungkin kau telah bisa melupakannya. Tapi aku?
MAMA
Aku ingin, tapi aku tak bisa.
PAPA
Hampir tiga tahun, waktu yang sangat panjang.
MAMA
Aku telah menyiksa kau. Telah kubiarkan kewanitaanku aku
injak-injak sendiri. Telah aku izinkan kau berbuat apa saja yang menurutmu baik
buat dirimu, asal kau jangan tinggalkan aku.
PAPA
Kau pikir aku senang melakukannya?
MAMA
Cari sesuatu yang bisa menyenangkan kau. Aku telah merelakan
segalanya.
PAPA
Kau biarkan aku menyiksa diriku sendiri?
MAMA
Sudahlah, Tom. Tak baik kita merusak suasana gembira ini. Kau
sudah berjanji tak akan mengungkit-ungkit hal itu lagi.
PAPA (Berteriak)
Kau pikir aku senang melakukan hal itu?
MAMA
Tom ...
PAPA
Kau tidak punya perasaan. Kau pemalas. Kau tidak pernah mau
mencoba. Coba, kapan kau berusaha? Kapan? Kau menyerah pada keadaan dan menutupinya
dengan kecerewetanmu. Kau menyerah, menyerah, menyerah.
MAMA
Tom, mengapa kau? Kau mabuk?
PAPA
Sepanjang hari mulutmu mengeluarkan kata-kata seperti senapan
mesin yang mengeluarkan rentetan peluru. Lalu apabila aku menyinggung yang satu
ini, kau bungkam dan Cuma bisa bilang; kau sudah berjanji tak akan membangkit-bangkitkan
hal ini lagi. Lalu apa aku? Siapa? Coba?
MAMA
Aku sudah relakan kau berhubungan dengan wanita itu. Aku sudah
relakan supaya kelaki-lakianmu mendapatkan kepuasan. Supaya kau tidak lagi menderita
pusing kepala. Supaya kau mendapatkan saluran yang wajar.
PAPA
Kau pikir aku senang dengan keadaan semacam ini? selama hampir
tiga tahun aku membohongi diriku sendiri. Keadaan ini telah kucoba kututupi. Dan
aku sudah bosan. Ini gila-gilaan. Kenapa tidak kuceraikan saja kau? Kenapa
tidak kutinggalkan saja kau? Ah, Marie, Marie, kau telah menyiksa aku.
MAMA
Aku tahu, Tom. Aku juga tidak menginginkan hal ini terjadi. Aku
tidak ingin. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Sudah nasib.
PAPA (Lemas)
Jadi memang harus begini? Nasib kita memang. Andai kata kita kaya,
mungkin kita bisa usahakan sesuatu yang lain. Kita bisa pergi memeriksakan diri
pada dokter. Lalu dokter akan menyembuhkan kita dan kita akan kembali lagi
seperti biasanya. Tapi kita miskin, dan dokter bukan milik orang-orang yang
tidak berduit.
MAMA
Ya, sudah nasib kita.
PAPA
Kita harus menjalaninya hingga selesai.
MAMA
Ya.
PAPA
Mudah-mudahan kita dapat lotre besok pagi.
MAMA (Mencoba tertawa)
Ya, yang nomor satu.
PAPA (Berdiri)
Baiklah. Aku harus meneruskan membenamkan diri dalam Lumpur. Aku
harus pergi kalau begitu.
MAMA
Tom?
PAPA
Kewajibanku menunggu. Gentong bir tentu sudah lama menunggu.
(Memakai jasnya)
Untuk mendapatkan uang kita harus bekerja. Tahu kau, Marie, bahwa
sampai saat ini aku masih punya harapan? Dan satu-satunya hal yang mesti aku
lakukan adalah berusaha sekuat mungkin untuk menjadi kaya, karena jika kita
sudah memiliki yang satu itu, segalanya bisa
terjadi.
MAMA
Tom, kau tinggal bersamaku malam ini?
PAPA
Cuma untuk tidur berdampingan?
MAMA
Ya, menemaniku.
PAPA
Cuma untuk itu, sambil merasakan keperihan nasib. Ada seorang
istri, tapi dia cuma seorang perempuan, kawanku, sudah tua, loyo, semacam
guling atau bantal. Sudah, Marie. Mungkin Yopie betul-betul menepati janjinya. Aku
akan bisa membuat kau lebih bahagia; Benny bisa berpakaian bagusbagus dan tidak
lagi kesulitan membeli alat lukis dan Magda tidak usah
lagi bekerja di pabrik konveksi. Mungkin jika aku kaya_andaikata
tidak juga_ keadaan semacam ini bisa kita rubah ... aku akan bisa tenang
tinggal di rumah, membaca Koran, minum kopi, sambil mendengarkan nyanyian burung-burung
kenari dari kandangnya yang dicat merah dan hitam. Sementara anjing gemuk
mendengkur di kaki kita. Tapi kemiskinan telah melenyapkan semua itu.
MAMA
Tom, tidak mau tinggal bersamaku malam ini? Untuk malam ini saja.
PAPA
Telah kuminta darimu tadi. Tapi kau menolak. Ini juga termasuk
salah satu bagian dari seluruh sandiwara hidup kita. Aku pergi, Marie.
MAMA
Tom ....
PAPA
Kau telah merelakannya, bukan? Aku bawa botol ini.
(keluar sambil bernyanyi)
MAMA
Tom, tak kau cium aku …
(Menangis)
PAPA (Dari luar kita mendengar nyanyiannya)
Jika ular dengan badannya yang kuning ramping menjalar dari
belukar yang berkembang kuning, bawa mulutku ke mulutnya biar dipagutnya
lidahku dan aku jadi terbang ke
surga.
(Suaranya makin lenyap)
MAMA (Menangis)
Tom …Jam dinding tepat berbunyi sembilan kali. Perlahan Mama
keluar rumah
dan duduk dikursi goyang di bawah lentera yang masih menyala. Kedengaran
lolong anjing dari jauh. Jam dinding berdetak lebih keras lagi, memcah sunyi.
Muka Mama membesar.
(C.U)
Menunggu dalam sunyi. Kosong. Mauk Benny dan Magda tergesa-gesa.
MAGDA
Mama, Papa pergi juga? Mama, kenapa kau?
BENNY
Mama, Papa pergi juga? Mama, kenapa kau?
MAGDA
Mama, kau dengar aku? Mama?
BENNY
Lebih baik Mama masuk, di luar angin dingin jahat sekali. (Mama
diam saja)
MAGDA
Biarkan, Benny. Lebih baik kita tidur. Dia pasti akan menunggu
Papa
pulang.
BENNY
Kalau kita tidak pergi tadi, mungkin Papa tidak akan pergi.
MAGDA
Sudahlah.
(Mereka masuk)
Ah, dia pergi dengan botol minuman.
BENNY
Pasti dia pergi ke perempuan itu.
MAGDA
Ah, si gentong bir.
(Sambil masuk kamar)
BENNY
Menyesal aku telah memberinya minuman. Mungkin dia mabuk dan berkelahi
dengan mama.
MAGDA
Sudahlah, pelukis, tidur lebih baik.
(Dari dalam kamar)
Jam dinding berdetak lebih keras lagi. Berdetak seperti detak
jantung manusia. Muka mama yang menunggu kelihatan mengantuk dan setia. Jam dinding
berbunyi empat kali. Sudah jam empat dini hari. Mama menembus kegelapan dengan
matanya. Masih duduk di kursi goyang. Malam hamper mati dan embun mulai turun.
Api lentera sudah padam. Benny yang berselimut tidur di sofa dan Magda tidur
dengan tenteram di ranjangnya. Detak jam dinding makin cepat seakan detak
jantung mama yang juga semakin cepat.
(C.U. mata)
Dan dari jauh, dari dunia khayal yang jauh, ia mendengar suara
menderu. Suara barang pecah. Suara teriakan yang parau dan semakin lama semakin
putus dan lenyap. Mama berdiri terkejut dan ketiga itu juga lewat seekor kucing
dari dapur dan lari menyelinap ke gelap
malam. Mama duduk lagi dengan lemas. Sementara itu jam dinding berdetak
lagi lebih keras dan lebih keras lagi. Lalu terdengar lang kah seseorang
mendekat dari kegelapan. Ia polisi.
POLISI
Selamat malam.
MAMA
Ya.
POLISI
Apa betul ini rumah tuan Thomas Pattiwael?
MAMA
Ya.
POLISI
Apa betul ini miliknya?
(menunjukkan KTP berlumur darah dibungkus saputangan putih)
MAMA (Memperhatikan)
Ya. Ini warna merah?
POLISI
Nyonya istrinya?
MAMA
Ini warna merah?
POLISI
Darah, Nyonya. Itu warna merah.
MAMA
Darah? Darah siapa?
POLISI
Sekitar jam duabelas tadi, sebuah konvoi mobil proyek yang
mengangkut pasir dari pantai telah mengengkat sedan tua dan sekaligus telah membunuh
dua orang penumpangnya. Lelaki dan wanita. Mereka sudah tidak tertolong lagi.
Yang wanita adalah pemilik warung minum di
pelabuhan. Dan yang laki-laki
adalah tuan Pattiwael. Saya menyesal, Nyonya, talah membawa berita yang buruk.
MAMA
Tom, akhirnya ini yang terjadi ...
POLISI
Menurut dokter, keduanya dalam keadaan mabuk sebelum meninggal.
MAMA
Aku sudah menduganya. Di mana mereka sekarang?
POLISI
Di rumah sakit.
MAMA
Ah, mimpi buruk.
(Terhenyak di kursi goyang)
Terdengar lolongan anjing di kejauhan. Jam dinding berbunyi tepat
lima kali.
Lampu padam.
THE END
.
NB : Naskah drama ini saya Donwload dari situs ini