ANALISIS
NOVEL SALAH PILIH DENGAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
Desma Yuliadi Saputra
Diksatrasia IA
FKIP-UNTIRTA
ABSTRAK
Novel ini menceritakan tentang kisah
cinta seorang wanita di suku Minang yang mencintai seorang pria yang menjadi
saudara angkatnya, awalnya kisah percintaan mereka terhalang oleh
adat istiadat Minang yang melarang masyrakatnya untuk menikah bila
sesuku atau sekaum. Dan
kita akan melihat bagaimana adat akan mengatur tingkah dan perbuatan setiap
masyarakatnya. Novel ini akan dikaji dengan pendekatan sosiologi sastra
karena unsur budaya dan adat minang yang sangat kental dalam novel ini,
terutama adat kepongahan dan adat perkawinannya yang dipakai pada masa itu,
namun dewasanya kini mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya.
Kata Kunci: Minang, Sosiologi Sastra, Adat Istiadat.
1. Latar Belakang masalah
Novel salah pilih adalah salah satu novel karya Nur St.
Iskandar dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1928 dan cetakan terkahir pada
tahun2006 yang diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka. Novel ini menjelaskan
tentang bagaimana masyarakat minang memegang teguh yang menjadi peraturan
adatnya, terutama adat mengenai perkawinan di tanah minang yang dahulunya
dilakukan dengan perjodahan oleh orang tua ke dua belah pihak. Unsur kebudayaan
inilah yang menarik untuk dikaji dengan pendekatan sosiologi sastra.
Karena pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan
saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra dan
landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya dan sosiologi
sastra merupakan monumen sejarah tentang kehidupan masyarakat di jaman
dahulunya.
Adat Istiadat Ialah adat yang terjadi dengan sendirinya
karena interaksi antar anggota masyarakat dan antar anggota masyarakat dengan
dunia luar. Dinamakan juga adat sepanjang jalan yang datang dan pergi,
dan ditolerir selama tidak melanggar adat yang yang telah ditentukan. Pengakuan
akan adanya adat-sitiadat ini menjadikan adat Minang lebih komplit dan
memberi ruang bagi anggota masyarakat untuk bereksperimen dengan hal-hal baru
dan memperkaya budayanya.
Hal inilah yang dilakukan oleh penulis saat kita
memperhatikan waktu terbitnya, yaitu pada tahun 1928, maka setidaknya kita
mengetahui bahwa novel ini menceritakan kejadian di masa itu. Beliau berusaha
memberikan gambaran nyata segala hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakatnya
pada saat itu.
Jika melihat pada jaman sekarang, masalah itu sudah jarang
bahkan sudah tidak ditemui lagi. hal inilah yang menarik dari novel salah
pilih karena dengan membaca novel salah pilih ini, pembaca akan mengetahui
kejadian-kejadian di Minangkabau dengan melihat gambaran-gambaran yang
diceritakan oleh pengarang pada zamanya itu dari penokohan yang mengalami
konflik-konflik sosial dalam mematuhi peraturan adat minang itu sendiri. Dan
jika kita melihat sisi cerita novel salah pilih ini menggambarkan
perubahan-perubahan kehidupan adat istiadat yang menggambarka
kejadian-kejadian nyata pada saat itu.
1.1 Landasan teori
Karya sastra adalah perpaduan antara
hasil imajinasi seorang sastrawan dengan kehidupan secara faktual. Karya sastra
jelas dihasilkan oleh seorang penulis, tetapi penulis itu sendiri adalah bagian
dari masyarakat itu sendiri.
Sosiologi sastra sebagai suatu jenis
pendekatan terhadap sastra memiliki paradigma dengan asumsi dan implikasi
epistemologis yang berbeda daripada yang telah digariskan oleh teori sastra
berdasarkan prinsip otonomi sastra. Penelitian-penelitian sosiologi sastra
menghasilkan pandangan bahwa karya sastra adalah ekspresi dan bagian dari
masyarakat, dengan demikian memiliki keterkaitan resiprokal dengan
jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam masyarakat tersebut (Soemanto, 1993;
Levin, 1973:56).
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya
sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient
being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik
masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra
berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini
muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat
tertentu dengan masyarakatnya; dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan
antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya (Soemanto,
1993).
2.
Analisis novel
2.1
Pengaruh Adat Minang Terhadap Tingkah Laku Masyrakatnya
Novel ini menggambarkan bagaimana adat minang sangat
berpengaruh dalam kehidupan masyarakatnya, sehingga membatasi pergaulan dan
tingkah laku anggota masyarakatnya yang sudah mulai beranjak dewasa dengan
lawan jenisnya, walaupun itu masih ada ikatan kekeluargaan. Sebagaimana halnya,
penggalan cerita dalam novel salah pilih, ketika Asnah mengingatkan Asri
tentang adat masyarakatnya yang mulai Asri lupakan. Hal tersebut dapat dilihat
dari kutipan berikut :
“bukan
hati yang berubah, melainkan adat yang seolah-olah telah menjauhkan kita,
semasa kecil memang boleh kita bermain-main, berjalan-jalan, tertawa-tawa dan
berpeluk-pelukan. Akan tetapi sekarang kita sudah mulai remaja, hingga ini
keatas, kelakuan sanak laki-laki harus hingga berbatas kepada saudaranya
yang perempuan, kalau kita tidak pakai adat itu, niscaya kita akan hina
dimata orang”.
(halaman 28)
Dan kita bisa melihat bagaimana adat yang mengatur perbuatan
Asnah terhadap Asri yang dianggap sebagai saudaranya sendiri ketika hendak
memasuki rumah. Hal ini yang berada dalam lingkungan masyarakat itu sendiri
dahulunya, hingga mempunyai tata krama atau perbuatan yang santun dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kutipan
berikut :
“berjabat
tangan pun sudah terasa janggal terasa olehnya. Dan berdekatan duduk sumbang
pada adat, jika tidak ada orang lain beserta duduk dekat adik kakaK itu.
Demikian adat umum yang diketahuinya dan dipahamkanya.” (halaman 27)
“ingatlah
kanda, sedangkan jika seorang laki-laki hendak naik kerumah saudaranya atau
kemenakannya yang perempuan, sebelum naik tangga ia harus batuk-batuk dahulu
atau ia berdiri di halaman sebentar sambil berkata sekuat-kuat, sekedar
terdengar keatas rumah.” (halaman
29)
Pengarang dalam novel salah pilih ini, seakan-akan mencoba
untuk membuka pandangan masyarakat minang terhadap adat kuno yang mereka pegang
itu, terlalu bersifat tertutup dalam kehidupan bermasyarakat pada masa itu.
Sehingga pengarang mencoba menggambarkannya dalam tokoh Asri yang berontak akan
adat yang digunakan oleh masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
berikut :
“tiap-tiap bangsa mempunyai adat
akan menyatakan perasaan hatinya masing-masing dalam pertemuan seperti itu, ada
yang dengan perkataan, dengan perbuatan, ada pula yang dengan pandangan dan
kerling mata saja. Orang Eropa misalnya, lain dari pada perkataan yang riang
dan jabat tangan, kesukaannya berjumpa itu dinyatakan dengan peluk dan cium
jua.”
(halaman 27)
2.2
Konflik Adat Minang Yang Dituangkan Dalam Novel
Asnah sadar betul akan kedudukanya dalam rumah gedang itu,
perasaan cintanya pada Asri masih saja dipendamnya tanpa ada seorangpun yang
tahu, hal tersebut karena Asnah tahu betul akan adat yang di pegangnya itu
dengan teguh, apalagi adat yang mengatur tentang perkawinan di masyarakat
minang. Dalam masyarakat minang, seseorang yang hendak menikah
diharuskan untuk melihat dulu silsilah keluarga calon yang akan dinikahi nya.
Karena adanya adat yang melarang orang-orang yang sesuku dinamakan badunsanak
atau sakaum. Pada masa dahulu mulanya antara orang yang sesuku tidak
boleh kawin walaupun dari satu nagari, dari satu luhak ke luhak.
Dalam novel ini kita bisa melihat bagaimana adat minang
sangat melarang masyarakatnya untuk menikahi seseorang yang masih sesuku atau
sakaum, berdasarkan garis keturunan di Minangkabau ditentukan menurut garis
ibu, maka suku serumpun disini dimaksudkan “serumpun menurut garis ibu”. Hal
tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut :
“sukunya melarang keras mereka itu
jadi laki istri. Asri dan Asnah tetap sesuku, sekaum, meskipun perkauman itu
sudah terlalu jauh, sudah berantara beberapa keturunan” (halaman
50)
Dalam novel ini menggambarkan masyarakat minang yang
mempunyai kebudayaan “kawin muda” pada jamannya itu, karena merasa malu
bila dianggap tidak laku dan sering kita dengar istilah “bujang lapuk”
untuk kaum laki-laki dan “perawan tua” untuk kaum perempuan yang belum
juga menikah padahal menurut adat sudah cukup umur untuk menikah. Namun dewasanya
istilah ”kawin muda” ini mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya karena
masyarakat sekarang berpikiran umur semuda itu belum mempunyai penghasilan
sendiri dan masih bergantung kepada pemberian orang tuanya. Kita dapat
melihatnya melalui tokoh Asri yang belum juga menikah walaupun usianya pada
saat itu telah dibilang cukup umur dalam adat minang. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan berikut ini :
“padahal sesungguhnya, secara adat
negeri kita sudah lama hendak engkau bertunangan―bukan, melainkan berbini. Amat
malu seorang ibu jika anaknya, baik laki-laki baikpun perempuan, telah berumur
15 tahun lebih belum jua kawin. Sebagai tak berbangsa dan tak laku! Tidak ada
yang setua ini―sudah berumur 19 tahun―masih bujang. (halaman 39)
Karena adanya adat yang melarang untuk tidak menikah dengan
sesuku, Asri pun menentukan pilihan nya pada wanita lain yang berasal dari
keluarga bangsawan di rumah berukir. Wanita itu adalah Saniah. Meskipun mereka
dalam suatu wilayah minangkabau, namun perbedaan adat yang digunakan oleh Asri
dan Saniah sangat terlihat jelas. Hal tersebut dapat kita lihat dari kutipan
berikut :
“disana perempuan ‘bangsawan’ itu
akan dapat merasai kehormatannya, seberapa suka hatinya, kalau Saniah sudah
pindah kerumah gedang ini, niscaya ia akan bersuka cita, sebab disini ia tak
usah lagi memakai adat kepongahan itu. Sekarang Kaharudin sudah mulai membuang
adat itu, yakni semenjak ia tidak dalam penjagaan bundanya lagi. Ia sudah
berjinak-jinakan dengan sesama manusia.”(halaman
45)
Apalah arti sebuah hubungan tanpa ada perasaan cinta, hal
ini dapat di rasakan saat seseorang mengalami perjodohan oleh kedua orang
tuanya, seperti halnya masyarakat minang yang biasa menjodohkan putra-putrinya
dengan sekehendak hatinya. Jika dilihat dari kenyataan sekarang ini, perjodohan
semacam ini sudah jarang bahkan tidak ditemui lagi, karena orang tua memberikan
kebebasan lebih kepada anaknya untuk memilih sendiri calon pendamping hidupnya
itu, yang terpenting bagi orang tua jaman sekarang itu adalah asal usul
calonnya itu jelas. Novel ini menggambarkan hal perjodohan tersebut Seperti
halnya pernikahan Asri dan Saniah yang tidak dilandasi dengan perasaan cinta
sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan berikut :
“bukan
seperti peristiwa yang di adakan oleh kebanyakan orang di negeri kita.
Pekerjaan itu dilakukan oleh orang tua kedua pihak saja, dengan tidak
mengindahkan perasaan kedua makhluk yang akan diperhubungkan itu. Perbuatan
semacam itu tidak baik, terlalu keras…dan berbahaya! Betul cinta itu boleh
timbul atau datang kemudian, yaitu jika si laki dan si bini bercampur, tetapi
alangkah sukarnya jika mereka itu tidak berkenalan sedikit juga lebih dahulu.” (halaman 57)
Hidup memang merupakan sebuah pilihan. Namun saat kita salah
menentukan pilihan, kita harus menerima konsekuensinya, bersifat bijak adalah
hal yang harus kita pahami dalam menetukan pilihan dan penyesalan tiadalah arti
bila semua telah terjadi, sama halnya dengan Bu Mariati yang telah salah pilih
menantu, yang pada saat itu seorang ibu lah yang menentukan pilihan calon istri
untuk anaknya, dengan cara perjodohan. akibat kesalahan itu Asri dan Asnah lah
yang menanggung akibatnya dari adat perjodohan itu. Dan penyesalan Bu Mariati
dapat kita lihat dari kutipan berikut :
“Asri
seharusnya aku tidak boleh memaksa engkau kawin―aku harus memberi kesempatan
kepadamu―supaya engkau dapat memilih dengan hemat dan cermat.” (halaman 161)
Ada kalanya kita harus menolak adat yang terlalu keras, dan
mencoba mencari jalan keluar dengan berpikir panjang dan berhati-hati, sehingga
kita dapat berlaku bijaksana dalam mengambil keputusan.
Daftar
Pustaka
Iskandar,
Nur. St. 2006. Salah pilih. Jakarta : Balai Pustaka.
Faruk. 2003. Pengantar sosiologi dari
strukturalisme genetik sampai post- modernism. Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Pelajar.
http://palantaminang.wordpress.com (pada
selasa, 04 januari 2011 19.30 wib)
http://minang.wikia.com/wiki/Adat (pada selasa, 04 januari 2011 20.30 wib)
Jurnal Litera, Edisi 4,
2009.
http://minang.wikia.com/wiki/Adat (pada
selasa, 04 januari 2011 19.45 wib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar